Hai pejuang diet yang hari gini masih percaya kalo turun berat badan itu ga boleh makan nasi! Waduh, sini deh update dulu dong informasi dietnya biar naik kelas. Hehe…
Iya sih, emang gak jarang beberapa orang masih punya pandangan bahwa makan nasi itu bikin gemuk. Gak jarang juga beberapa program diet itu melarang untuk makan nasi karna menghambat penurunan berat badan. Gitu sih, katanya. Padahal, gemuk atau tidak, itu tergantung jumlah total kalori yang masuk ke dalam tubuh yang berasal dari semua sumber makanan, bukan hanya nasi.
Nasi tidak akan bikin gemuk kalau jumlahnya dan cara pengolahannya sesuai untuk kebutuhan tubuh masing masing. Nah, kira-kira healthy friends udah sungguh-sungguh belum menghitung kebutuhan kalori hariannya? Kalau belum, yuk, mulai dihitung ya kebutuhannya.
Sekarang kita fokus sama si kecil favoritnya orang Indonesia, nasi. Jadi, nasi adalah sumber karbohidrat kompleks, sama seperti kentang, jagung, mi, bihun, biskuit, roti, dan umbi-umbian. Kalau tidak makan nasi tetapi masih mengkonsumsi sumber makanan karbohidrat pengganti seperti yang disebutkan tadi, artinya healthy friends masih tetap mengonsumsi karbohidrat, loh.
Lalu, kenapa hanya nasi ya yang disalahkan sebagai penyebab seseorang menjadi gemuk ? Kan yang membuat kita menjadi gemuk adalah jika makannya berlebihan, bukan hanya nasi. Misalnya nih lagi sibuk, belum sempat makan, lalu mengonsumsi biskuit sebagai ‘ganjelan perut’. Padahal jumlah biskuit yang dikonsumsi sampai 4 keping yang mana kalorinya sama dengan 1 porsi nasi. Oke contoh lain deh, seperti roti. Dalam 1buah roti cokelat kecil atau 2 roti tawar itu kalorinya sudah sama dengan 1 porsi nasi.
Jadi total kalori yang masuk sama saja atau bahkan bisa lebih karena adanya tambahan gula dan lemak yang tidak diperhitungkan yang kemungkinan justru menambah total kalori yang masuk walau hanya sebagai ‘pengganjal’.
Ya, kelihatannya memang kecil secara visual. Tapi, sebetulnya yang perlu diperhatikan adalah keseimbangan zat gizi dari makanan yang kita makan, ya. Gak jarang ya di era yang serba ‘satset’ dengan berbagai tuntutan ini membuat sebagaian orang kurang memperhatikan jumlah dan kandungan gizi makanan yang dianggap sebagai cemilan.
Apalagi, ada juga nih sekte yang tetap makan nasi dengan mengurangi porsinya secara drastis karena ingin mengurangi berat badan secara instan. Ternyata oh ternyata, jadinya semakin lapar bahkan di luar jam makan. Lalu jadinya kan memilih untuk ngemil yang ditafsirkan sebagai metode konsumsi makanan selingan. Iya sih kalo makannya sedikit sekali. Gimana kalau makannya secara ga sadar alias gak mindful eating ? Hal ini ternyata berujung pada surplus atau kelebihan kalori. Ayo, siapa yang masih seperti itu ?
Atau ada juga tipe orang yang sudah makan nasi sesuai kebutuhan saja, tapi masih mengonsumsi minuman yang kalori tinggi. Ya, itu tetap saja akan berkontribusi terhadap total kalori asupan harian.
Gak hanya soal takaran dan pilihan makanan/minuman, tapi cara masak atau pengolahan lauk dan sayuran juga bisa mempengaruhi kalori dan zat gizi dalam makanan itu. Contoh, lauk dan sayuran yang dijadikan sup bening akan memiliki kalori yang lebih rendah daripada lauk dan sayuran yang dimasak dengan penambahan minyak, santan, saos, gula, dan garam yang berlebihan.
Yuk, selalu perhatikan jenis dan porsi makanan sesuai kebutuhan. Tidak lupa juga untuk memperhatikan cara pengolahan makanan nya ya, healthy friends. Konsultasikan kebutuhan zat gizi harian kalian dengan ahli gizi masing-masing ya!